GREEN KOREA, USAHA UNTUK MENJADI
NEGARA YANG RAMAH LINGKUNGAN
Isu-isu tentang permasalahan lingkungan hidup telah banyak menarik perhatian masyarakat dunia, seperti efek pemanasan global pada perubahan iklim yang kian tidak menentu, munculnya cuaca-cuaca ekstrim, meningkatnya suhu bumi dari suhu normal yang dapat merusak keseimbangan ekosistem dan mengakibatkan mencairnya es-es di kutub. Selain itu juga dampak yang ditimbulkan dari penebangan hutan liar secara besar-besaran yang selain mengakibatkan berkurangnya tameng bumi terhadap efek rumah kaca sehingga mengakibatkan pemanasan global tersebut adalah timbulnya bencana tanah longsor dan banjir yang bisa merenggut banyak korban. Selain itu kondisi tersebut diperparah dengan polusi udara dan air yang mengakibatkan udara yang segar dan air yang bersih menjadi semakin sulit didapatkan, terutama di perkotaan dengan tingkat industrialisasi dan mobilitas yang tinggi.
Dalam jangka panjang, hal ini sama saja seperti mempercepat kiamat di bumi dan manusia memiliki andil yang cukup besar dalam merusak planet bumi ini. Bumi adalah rumah bagi begitu banyak makhluk hidup dan manusia merupakan salah satu penghuninya. Namun yang memprihatinkan adalah manusia menjadi salah satu penyumbang terbesar akan kerusakan-kerusakan alam yang terjadi. Jika diperhatikan, seringkali manusia bahkan tidak menyadari bahwa gaya hidup maupun tingkah lakunya merusak alam dan membuat lingkungan tempat tinggalnya sendiri tidak nyaman.
Hal di atas menjadi tantangan tersendiri bagi masyarakat dunia. Untungnya telah semakin banyak negara-negara yang menyadari akan pentingnya menjaga dan menghargai lingkungan dengan mencanangkan hidup sehat dan ‘hijau’ yang bertujuan untuk mengurangi emisi-emisi karbon, meminimalisir limbah-limbah rumah tangga maupun limbah pabrik yang berbahaya, mendaur ulang sampah, menciptakan lingkungan yang bersih, asri dan hijau serta mengembangkan teknologi-teknologi yang ramah lingkungan.
Salah satu negara yang kini sedang giat-giatnya mencanangkan slogan ‘Go Green’ adalah Korea, yang dengan tujuannya menghadapi tantangan permasalahan lingkungan hidup tersebut, pada tahun 2008 oleh Presiden Lee-Myung Bak sendiri mencanangkan "Low Carbon, Green Growth" sebagai visi pembangunan nasional yang baru. Korea berupaya menjadikan negaranya sebagai negara dengan tingkat emisi karbon yang rendah demi meminimalisir dampak buruk terhadap lingkungan dengan green gowth atau pembangunan hijaunya melalui teknologi ramah lingkungan (hijau) dan industri ramah lingkungannya yang menekankan pada eco-efficiency.
Beberapa tahun terakhir ini Korea memang semakin menyadari betapa pentingnya mengembangkan teknologi-teknologi ramah lingkungan dan teknik daur ulang sampah-sampah rumah tangga. Sebagai contoh, hal paling sederhana sekaligus paling efektif yang bisa dilakukan tiap-tiap rumah adalah memilah-memilah setiap sampah yang ada dan dibuang dalam kantong-kantong plastik tertentu yang bisa dibeli di supermarket-supermarket yang ada. Tempat dan waktu pembuangan sampah pun sudah ditentukan oleh pemerintah sehingga mempermudah pemilahan dan menjaga agar sampah tidak menjadi kotoran yang menumpuk di sembarang tempat.
Selain hal tersebut, Korea juga menghimbau masyarakatnya agar selalu menjaga kebersihan dan mengenakan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan kebersihan. Hasilnyapun tidak sia-sia an dapat dinikmati tidak saja oleh masyarakatnya sendiri tapi juga oleh para pendatang yang tinggal di Korea.
Hal di atas hanyalah merupakan contoh kecil yang ada di Korea. Selain hal tersebut, Korea juga memiliki rencana jangka panjang yang dibuat sematang mungkin untuk mewujudkan target mereka menjadi negara dengan tingkat polusi yang rendah dan negara yang dibangun dengan ramah lingkungan. Hal tersebut dibuktikan Korea dengan rencana penanaman investasi sebesar 40 trilyun won lebih dari pemerintah untuk industri energi yang bisa diperbaharui, termasuk energi solar dan energi angin demi harapan Korea menjadi salah satu dari lima Leading Countries dalam sektor energi yang bisa diperbaharui hingga tahun 2015.
Sebagai tambahan, pemerintah juga menginvestasikan 1, 5 triliun won dalam Core Technology Develovment di sembilan area, termasuk peningkatan sel solar dan juga menghabiskan dana triliunan untuk mengembangkan material-material yang berhubungan dengan teknologi.
Selain itu, pemerintah Korea juga akan melaksanakan “Top Ten Green Projects” serta Renewable Portfolio Standard dari tahun 2012 ke depan. Melalui proposal Top Ten Green Project fasilitas energy bisa diperbaharui akan dibangun di sekolah, kantor-kantor dan daerah perindustrian dan pertanian.
Selain di bidang-bidang yang telah disebutkan tadi, Korea juga akan bergerak di sektor perairan melalui The Rivers Restoration Project. Dengan proyek tersebut, Korea berharap dapat melindungi ekosistem alaminya, membantu menyuplai cadangan air bersih, membuka lapangan kerja bagi masyarakat Korea dan mengurangi emisi karbon demi mencegah pemanasan global semakin parah.
Selain itu juga Korea telah mengembangkan rumah ramah lingkungan dan efesien energi yang disebut Daegu Energy- Hero House yang tak ayal lagi mengusung banyak sekali kelebihan-kelebihan yang mendukung aksi ramah lingkungan itu seperti lebih hemat energy dan meminimalisir emisi karbon dioksida. Selain itu juga memilik fasilitas teknologi tinggi dan juga memangkas biaya dalam jangka panjang.
Selain itu juga Korea sangat mendukung masyarakatnya untuk menggalakkan dan melaksanakan aksi ramah lingkungannya melalui seminar-seminar go green, konferensi-konferensi bertema go green dan juga menyediakan fasilitas-fasilitas publik yang lebih ramah lingkungan.
Selain hal-hal yang telah dijelaskan tersebut, masih banyak hal-hal yang diupayakan pemerintah Korea demi mewujudkan negaranya menjadi negara yang hijau dan ramah lingkungan.
Jika dibandingkan dengan kondisi dan keperdulian pemerintah Indonesia terhadap efek pemanasan global, Indonesia dapat dikatakan sangatlah teringgal jauh. Pemerintah kurang mendukung aksi-aksi go green dengan tepat dan hal tersebut ditambah lagi dengan animo masyarakat terhadap isu ini hanyalah sebatas pada wacana, tidak pada praktek sehari-hari. Hal ini kemungkinan juga bisa dikaitkan dengan tingkat pendidikan rata-rata masyarakat Indonesia berbeda dengan masyarakat Korea yang telah menganggap bahwa pendidikan sangatlah krusial dalam kehidupan mereka.
Dengan demikian, tidaklah mengherankan kalau negara kita, Indonesia masih menjadi salah satu negara dengan tingkat polusi tertinggi dan penghasil emisi karbon yang besar. Kurangnya perhatian pemerintah terwujud pada kurang tegasnya pemerintah akan undang-undang dan sanksi yang dikenakan pada pelanggar-pelanggar hukum yang berkaitan dengan pencemaran lingkungan. Pemerintah Indonesiapun belum nampak begitu serius merencanakan rencana-rencana yang berkaitan dengan membangun negara ramah lingkungan. Hal tersebut ditambah lagi dengan kesadaran masyarakatnya sendiri yang kurang menghargai fasilitas umum, kebersihan lingkungan dan penghematan energi. Jadi tidaklah mengherankan kalau bencana-bencana alam seperti banjir atau tanah longsor akibat daerah tanah resapan air yang harusnya ditanami pohon-pohon besar malah digunduli terus terjadi di Indonesia dan cuaca di bumi, dalam kasus ini, di Indonesia tidak menjadi lebih baik atau tetap melainkan semakin tidak jelas dan kacau.
Jika ingin negaranya menjadi tempat yang lebih baik, tidak ada orang yang lebih tepat untuk melakukannya kecuali penduduk dan pemerintah negara tersebut. Seandainya saja pemerintah dan masyarakat bisa saling bahu membahu menanggapi permasalahan lingkungan hidup, pemanasan global bisa dikurangi bahkan dicegah sejak dulu dan semua bisa hidup bersih, rapi dan teratur. Semua nyaman dan terkendali.
Entah kapan negara kita bisa menyadari pentingnya menjadi negara yang ramah lingkungan dan menjaga keseimbangan alam di tempat kita masing-masing, dimulai dari yang termudah yaitu membuah sampah pada tempatnya dan menghemat energi sehingga tidak terbuang sia-sia.
ps. artikel ini adalah salah satu hasil tugas paper saya dalam kuliah kapita selekta ekonomi dan masyarakat Korea bersama Bu Nining :)
Sumber-sumber : www.korea.net, www.google.com dan sumber lisan.